Cari Kebutuhan Dokumen Kampung Di Sini

Jumat, 29 Oktober 2021

Fungsi dan Potensi Kampung serta Kampung Sebagai Mitra Pembangunan


Fungsi Kampung

Setiap manusia atau individu, tentunya akan menggunakan perasaan, pikiran, dan hasrat untuk berinteraksi terhadap lingkungannya. Hal inilah yang kemudian menjadikan seorang manusia saling membutuhkan satu sama lain. Bahkan untuk tingkat kebutuhan pokok, bagi yang tinggal di kota juga takkan bisa bertahan apabila tidak ada dukungan dari kampung yang menyediakan pasokan bahan makanan pokok untuk perkotaan.

Suasana Gapura Kampung Takengon Barat
(Sumber: takengonbarat.desa.id)

Secara umum, fungsi kampung adalah sebagai berikut:

  1. Kampung sebagai Hinterland atau daerah dukung yang memberi bahan pokok seperti padi, jagung, hingga ketela. Tak hanya itu, Kampung juga menyediakan beragam makanan lain seperti kacang, kedelai, sayur-sayuran, dan jenis buah-buahan.
  2. Sebagai Lumbung Pangan dan Tenaga Kerja, kampung ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja. Adapun dari segi kegiatan kerja, kampung merupakan agraris, kampung manufaktur, kampung nelayan, dan kampung industri.
  3. Sebagai Pelestari Kearifan Lokal, banyak sekali kebudayaan lokal yang hingga kini tetap lestari di masyarakat perkampungan. Dengan adanya kampung, diharapkan dengan semakin majunya peradaban dunia, kebudayaan lokal akan senantiasa terjaga dan terus berkembang.
  4. Sebagai Sumber Penghasil Makanan, penghasil makanan ini didapatkan karena wilayah kampung lebih banyak tersedia bahan mentah dan lahan pertanian. Sementara itu, pengelolaannya dilakukan di kota karena mudahnya transportasi dan teknologi yang lebih memadai.
  5. Sumber Tenaga Kerja, masyarakat kampung yang hidup berdasarkan gotong royong menjadi kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar kerja sama dan saling pengertian. Selain itu, kampung juga termasuk sumber tenaga kerja bagi kota. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat yang berasal dari kampung dipekerjakaan di kota sebagai buruh atau di sektor informal.
  6. Mitra Pembangunan, tak hanya sebagai sumber tenaga kerja, masyarakat kampung juga berfungsi sebagai mitra pembangunan wilayah kota. Mitra ini akan diperoleh dalam waktu cepat maupun lambat, tergantung dengan hubungan atau kerja sama yang dilakukan masyarakat di dalamnya.
Potensi Kampung

Kampung punya potensi sumber daya yang bermanfaat, baik bagi kampung itu sendiri maupun untuk penunjang kebutuhan perkotaan. Potensi kampung bisa berupa potensi fisik maupun potensi nonfisik yang akan dijabarkan sebagai berikut:

Potensi Fisik

  1. Tanah, faktor penting bagi kehidupan warga kampung
  2. Air, digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Bisa juga menjadi sumber pembangkit listrik
  3. Manusia, menjadi tenaga kerja yang menggerakkan perekonomian. Bisa diberdayakan agar terampil dan mandiri.
  4. Cuaca dan iklim, berperan menentukan mata pencaharian warga kampung
  5. Ternak, menjadi sumber tenaga hewan. Bisa meringankan pekerjaan manusia, atau menjadi sumber pangan.
  6. Ada kemungkinan terdapat sumberdaya seperti batu alam dan mineral yang bernilai jual serta bisa jadi juga terdapat komoditas tambang di dalamnya.
  7. Keindahan, alam kampung yang masih terjaga berpotensi sebagai wisata

Potensi Nonfisik

  1. Gotong royong masyarakat, dapat menjadi kekuatan produksi dan pembangunan kampung
  2. Aparatur kampung atau pamong kampung, menjadi sumber ketertiban dan kelancaran kampung
  3. Lembaga sosial kampung, mendorong partisipasi warga dalam pembangunan secara aktif. 

Kampung Sebagai Mitra Pembangunan

Kampung merupakan awal terbentuknya kota. Sebelum adanya kota modern, semua peradaban berawal dari kampung. Dalam perkembangannya, kampung menjadi mitra pembangunan kota.

Menurut Bintarto dalam bukunya Interaksi Kampung-Kota dan Permasalahannya (1984), kampung dapat menjadi mitra pembangunan kota jika telah siap menghadapi modernisasi. Ciri-ciri kesiapan warga kampung yakni:

  1. Dapat berpikir maju tanpa mengabaikan masa lampau
  2. Memiliki perencanaan yang masuk akal atau rasional
  3. Memiliki kemauan menerima pengalaman baru atau terbuka terhadap hal-hal baru
  4. Mau menerima kritik dari pihak lain
  5. Menghargai orang lain
  6. Mampu menghadapi dan mengatasi masalah
  7. Menyelesaikan masalah dengan teliti dan teratur
  8. Berpegang pada segala sesuatu yang mampu diperhitungkan
  9. Percaya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
Demikian penjabaran kali ini mengenai Fungsi dan Potensi Kampung serta Kampung Sebagai Mitra Pembangunan. Semoga dengan adanya artikel ini, kita sebagai masyarakat maupun bagian dari Pemerintahan Kampung dapat memahami Fungsi dan Potensi Kampung kita dengan sebaik mungkin agar pemanfaatan fungsi dan potensi ini dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Terimakasih telah membaca artikel ini, apabila ada yang ingin di diskusikan, mari kita diskusikan di kolom komentar di bawah.

Untuk kamu yang butuh artikel ini, kamu bisa download file Ms. Word yang sudah saya ketik dengan rapi, lansung klik saja DISINI.

Kamis, 28 Oktober 2021

Ciri-Ciri Kampung


Kampung merupakan bagian dari masyarakat yang penting dalam susunannya. Namun, tidak semua orang memahami mana yang termasuk dalam ciri ciri kampung hingga mana yang bukan cirinya. Oleh karena itu kita sebagai bagian dari Pemerintahan Kampung perlu memahami garis perbedaannya sehingga pengembangan serta peningkatan perekonomian mampu terlihat jelas. 

Foto Nelayan Di Danau Lut Tawar
(Sumber: yopiefranz.com)

Ciri dari sebuah kampung secara umum pekampungan adalah seperti berikut ini:

  1. Ciri-ciri kampung yang pertama adalah dari bagaimana masyarakatnya hidup. Kehidupan masyarakat kampung dianggap sangat erat dengan alam. Hal ini juga ditegaskan dari letak geografisnya yang umumnya jauh dari pusat kota.
  2. Ciri-ciri kampung yang kedua adalah pada mata pencahariannya. Masyarakat kampung cenderung bermata pencaharian sebagai petani dan secara khusus pertanian sangat bergantung pada musim.
  3. Ciri-ciri kampung yang ketiga dilihat dari karakteristik masyarakatnya. Kampung merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja.
  4. Ciri-ciri kampung yang keempat adalah pada perekonomiannya yang masih berhubungan dengan mata pencahariannya dimana struktur perekonomian bersifat agraris.
  5. Ciri-ciri kampung yang keempat kembali menilik pada karakteristik masyarakat dimana hubungan antarmasyarakatnya berdasarkan ikatan kekeluargaan yang erat yang disebut sebagai gemmeinschaft.
  6. Ciri-ciri kampung yang keenam ada pada perkembangan sosialnya dimana secara umum relatif lambat. Hubungan sosial kontrol juga masih sangat ditentukan oleh moral dan hukum informal seperti adat.
  7. Masih berhubungan dengan nomor enam, ciri-ciri kampung yang masih terlihat jelas adalah keberadaan norma agama dan hukum adat masih kuat dan terkadang diutamakan.

Selain ciri ciri kampung diatas, ada pendapat lainnya menurut Rouceck dan Warren mengenai ciri-ciri masyarakat pekampungan yakni sebagai berikut yang masih mirip dengan ke tujuh ciri diatas sehingga bisa dibilang bahwa cirinya memang spesifik.

  1. Kelompok penduduk yang bermatapencaharian utama di daerah tertentu dan mempunyai peran yang cukup besar. Jadi tidak hanya sebatas petani saja, melainkan juga bisa nelayan.
  2. Dari sisi kebudayaan, komunikasi keluarga terjalin secara langsung, mendalam, dan informal.
  3. Masyarakat kampung adalah suatu kelompok dibentuk berdasarkan faktor geografis.
  4. Hubungan masyarakat kampung masih sangat bersifat kekeluargaan.
  5. Dalam hal mobilitas penduduk ada pada tingkatan yang rendah, baik mobilitas yang bersifat horizontal (perpindahan tempat) maupun mobilitas sosial (status sosial).
  6. Keluarga di pekampungan yang masih tradisional memiliki banyak fungsi, khususnya sebagai unit ekonomi.

Tambahan lainnya untuk ciri ciri kampung juga ditambahkan oleh Dirjen Pembangunan Desa atau sekarang lebih lengkap lagi disebut dengan Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, hanya saja hal ini lebih difokuskan pada wilayah pekampungan yang bersifat fisik. Berdasarkan Kementrian tersebut, kampung memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Perbandingan tanah dengan manusia (man land ratio) yang besar. Artinya penduduk di kampung masih sangat jarang sehingga jarak antar penduduk bisa berjauhan.
  2. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani (agraris). Hal ini dikuatkan dengan faktor dimana perbandingan tanah yang lebih besar sehingga dijadikan sebagai lahan pertanian.
  3. Penduduknya masih bersifat tradisional.

Itulah beberapa ciri ciri kampung yang perlu dipahami sehingga kita sebagai bagian dari pemerintahan kampung dapat melaksanakan peningkatan kesejahteraan serta perekonomian kampung dapat menyasar dengan baik pada apa yang dibutuhkan sehingga dapat terus berkembang tanpa merubah karakteristiknya secara radikal dan merusak tatanan masyarakat yang ada.

Semoga melalui ciri-ciri kampung tersebut dapat membuat kita semakin memahami apa yang diharapkan masyarakat kampung sebagai salah satu bagian dari masyarakat dan juga bagian dari Pemerintahan Kampung di Indonesia. Jikalau ada komentar atau diskusi mari kita tinggalkan komentar di bawah.

Untuk kamu yang butuh artikel ini, kamu bisa download file Ms. Word yang sudah saya ketik dengan rapi, lansung klik saja DISINI.

Senin, 25 Oktober 2021

Corak Kehidupan Budaya Masyarakat Kampung


Kebudayaan adalah cara hidup yang dibina oleh suatu masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti untuk bertahan hidup, kelangsungan jenis manusia dan penerbitan pengalaman sosial. Kebudayaan adalah penjumlahan atau akumulasi semua obyek materil, pola organisasi kemasyarakatan, cara tingkah laku, pengetahuan, kepercayaan dan lain-lain yang dikembangkan dalam pergaulan hidup manusia.

Foto Pemukiman Di Pinggir Sungai Peusangan
(Sumber: yopiefransz.com)

Kebudayaan tidaklah diwariskan secara biologis. Setiap angkatan mempelajari sendiri dan meneruskan pada generasi yang berikutnya dan ditambah dengan apa yang dirubah atau dikembangkan selama masa hidupnya dengan transmisi ini maka dimungkinkan adanya kelangsungan kebudayaan selama beberapa generasi. Kebudayaan yang diturunkan kepada generasi berikutnya itu dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan:

  1. Kebiasaan, yaitu cara yang sudah menetap dan umum untuk melakukan sesuatu, dan sudah diakui oleh masyarakat.
  2. Adat, yaitu cara tingkah laku dalam masyarakat yang diberi sanksi dan dianggap sebagai cara yang tetap dan baik.
  3. Upacara peribadatan, yaitu suatu rangkaian gerak dan perkataan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu dengan cara simbolik perkataan tertentu, cara-cara tersebut pastinya memiliki arti tersendiri bagi setiap budaya masing-masing kampung.

Demikian pembahasan mengenai Corak Kehidupan Budaya Masyarakat Kampung, bagaimana dengan Corak Budaya di kampungmu? Mari tinggalkan komentar dan kita diskusikan bersama di bawah.

Untuk kamu yang butuh artikel ini, kamu bisa download file Ms. Word yang sudah saya ketik dengan rapi, lansung klik saja DISINI.

Kamis, 21 Oktober 2021

Corak Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kampung


Pada masyarakat pekampungan mata pencaharian bersifat homogen yang berada di sektor ekonomi primer, yaitu bertumpu pada bidang pertanian. Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian, peternakan dan termasuk juga perikanan darat. Jadi kegiatan di kampung adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah. Baik bahan kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lainnya untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia.

Foto Kegiatan Menjemur Ikan Depik di Takengon
(Sumber: yopiefranz.com)

Pada umumnya masyarakat pekampungan menganut sistem ekonomi tradisional atau" sistem ekonomi tertutup, cukup memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat terbatas untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan kebutuhan bersama. Pola produksi dalam masyarakat tradisional terutama mendasarkan pada tenaga keluarga dan tenaga ternak pun dimanfaatkan. Dalam proses produksi tradisional tadi, umumnya laki-laki mengerjakan pekerjaan pengolahan tanah yang paling berat baik di sawah ataupun di ladang. Untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih ringan seperti menyiang terutama pada sawah anak-anak di atas sepuluh tahun dan istri juga turut membantu. Selanjutnya pada waktu panen dan  setelah panen banyak tenaga istri dimanfaatkan. Sistem nilai budaya petani Indonesia disinyalir bahwa di kalangan petani pekampungan ada suatu cara berpikir dan mentalitas yang hidup dan bersifat religio-magic. Sistem nilai budaya itu antara lain sebagai berikut:

  1. Para petani di Indonesia pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai suatu hal yang buruk, penuh dosa dan kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan-bersembunyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik- baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
  2. Mereka beranggapan bahwa bekerja itu untuk hidup dan kadang-kadang untuk mencapai kedudukan.
  3. Mereka berorientasi pada masa sekarang, kurang memperdulikan masa depan bahkan kadang-kadang mereka rindu masa lampau, mengenang kekayaan masa lampau (menanti datangnya kembali sang ratu adil yang membawa kekayaan bagi mereka).
  4. Mereka menganggap alam tidak menakutkan bila ada bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang wajib diterima. Kurang adanya kesadaran agar peristiwa-peristiwa semacam itu tidak berulang kembali. Mereka cukup saja menyesuaikan diri dengan alam, kurang adanya usaha untuk menguasainya.
  5. Untuk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu pada hakikatnya tergantung pada sesamanya.

Demikian sedikit banyaknya pembahasan mengenai Corak Kehidupan Ekonomi Masyarakat Kampung, apakah begitu juga kondisi ekonomi yang terjadi di kampung tempat tinggalmu? Tinggalkan komentarmu di bawah ya biar kita diskusi.

Untuk kamu yang butuh artikel ini, kamu bisa download file Ms. Word yang sudah saya ketik dengan rapi, lansung klik saja DISINI.

Senin, 18 Oktober 2021

Corak Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung


Corak kehidupan masyarakat di kampung dapat dikatakan masih homogen dan pola interaksinya horizontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. Interaksi sosial selalu diusahakan supaya kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai terjadi. Prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pekampungan. Kekuatan yang mempersatukan masyarakat pekampungan itu timbul karena adanya kesamaaan-kesamaan seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan kesamaan pengalaman.

Suasana Tempat Wisata Pantai Menye
(Sumber: gallerigayo.com)
Sosial kemasyarakatan kampung ditandai dengan pemilikan ikatan batin yang kuat sesama warga kampung, yaitu perasaan yang amat kuat yang hakikatnya bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana ia hidup dan dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakat atau anggota-anggota masyarakat. Karena beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai, menghormati, mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat.

Adapun bentuk-bentuk kerja sama dalam masyarakat sering diistilahkan dengan gotong-royong dan tolong-menolong. Hal ini memberikan gambaran bahwa masyarakat pekampungan yang agraris dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat yang tentram, damai dan harmonis sehingga dijadikan tempat untuk meiepaskan lelah dari segala kesibukan, keramain dan keruwetan pikiran.

Meskipun di mata orang-orang kota bahwa daerah kampung itu tentram dan damai, tak dapat dipungkiri juga sebenarnya di dalam masyarakat pekampungan terdapat bermacam-macam gejala sosial yang sering timbul seperti berikut ini: sering diistilahkan :

  1. Konflik, yang muncul karena tinggal yang berdekatan dengan  tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk bertengkar sangat banyak. Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga, sedangkan sumber pertengkaran itu berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dan sebagainya.
  2. Kontroversi (pertentangan), biasanya disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat istiadat), psikologis atau dalam hubungannya dengan guna guna (black magic, dukun), para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontroversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
  3. Kompetisi (persaingan), yang bisa positif dan juga bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan, usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif, apabila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja.

Sistem kedudukan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya kedudukan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala kampung dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.

Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Adapun ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu masyarakat adalah sebagai berikut:

  1. Ukuran kekayaan, yaitu barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, maka termasuk dalam lapisan paling atas.
  2. Ukuran kekuasaan, yaitu barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar maka ia menempati lapisan atas.
  3. Ukuran kehormatan, ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau kekuasaan, orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat yang terbatas.
  4. Ukuran ilmu penegetahuan, ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan, akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif karena bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut walaupun dengan usaha yang tidak halal.
Ukuran di atas tidaklah bersifat limitif, karena masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran di atas amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem pelapisan sosial dalam suatu masyarakat.

Demikian bahasan kita tentang Corak Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung, bagaimana dengan corak kehidupan masyarakat di kampung tempat tinggalmu? Tinggalkan komentarmu di bawah jika ada hal lain yang menyangkut Corak Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung agar menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Untuk kamu yang butuh artikel ini, kamu bisa download file Ms. Word yang sudah saya ketik dengan rapi, lansung klik saja DISINI.

Sabtu, 16 Oktober 2021

Tahapan Perkembangan Kampung


Kalau di postingan sebelumnya kita bahas tentang Tahap Terbentuknya Kampung, maka kali ini kita akan bahas tahap perkembangan kampung. Setiap kampung pasti mencapai tingkatan tersendiri dalam proses pengembangan untuk memajukan kampung. Perkembangan kampung dapat dilihat dari keadaan masyarakat yang bertempat tinggal di kampung tersebut. Gambaran tersebut tercermin dari bagaimana pembangunan sarana dan prasarana serta taraf ekonomi masyarakatnya yang ada di kampung.

Foto Kerambak Apung Danau Lut Tawar
(Sumber: steemit.com)

Berdasarkan perkembangannya kampung dibagi menjadi 4 (empat) klasifikasi, yaitu:

  1. Kampung Tradisional, yaitu kampung terpencil pada masyarakat suku yang sangat terasing, cenderung sangat primitif dan terisolir dari daerah luar, jauh dari peradaban dan seluruh kehidupannya masih sangat bergantung pada alam.
  2. Kampung Swadaya, yaitu kampung yang masih tertinggal, penduduknya masih primitif dan masyarakatnya masih tetap teguh menjalankan kebiasaan dan adat istiadat dari nenek moyang. Kampung ini kehidupannya hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan primer saja, mata pencahariannya masih homogen yang bersifat agraris. Wilayah kampung swadaya ini masih cenderung terisolir, memiliki penduduk yang sedikit, sarana dan prasarana belum memadai dan bahkan teknologi yang dimiliki masih rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Akibat daripada masih memegang teguh adat dan tradisi menyebabkan kampung swadaya ini belum mampu untuk berkembang.
  3. Kampung Swakarya, kampung yang satu tingkat lebih maju dibandingkan kampung swadaya. Masyarakatnya mulai mengikuti aliran zaman dan berfikiran lebih terbuka. Adat istiadat masyarakat mulai mengalami transisi sesuai dengan perubahan yang terjadi di sosial masyarakatnya sehingga tidak terlalu terikat secara penuh pada adat istiadat peninggalan nenek moyang. Kampung swakarya telah mulai memiliki sarana pendidikan, kesehatan dan perekonomian serta prasarana penunjang lainnya, teknologi juga sudah mulai digunakan oleh masyarakat, akses menuju daerah lain sudah dibuka dan lapangan pekerjaan yang tersedia di kampung swakarya ini juga sudah mulai beragam.
  4. Kampung Swasembada, atau biasa disebut dengan kampung maju atau kampung berkembang. Masyarakat kampung swasembada ini sudah mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya yang ada untuk kegiatan pembangunan kampung. Tingkat pendidikan dan perekonomian masyarakatnya juga sudah lebih maju dibanding dengan tingkatan kampung lain, seta memiliki pola pemikiran yang lebih modern. Biasanya kampung swasembada ini berlokasi tidak jauh dari kota, penduduknya juga mulai padat dan sudah tidak terikat oleh adat istiadat. Masyarakatnya lebih kreatif dan kritis dan lebih aktif dalam kegiatan pembangunan kampung.

Demikianlah penjabaran mengenai Tahap Perkembangan Kampung, bagaimana dengan kampung kamu sendiri? Dari sini kita dapat mengetahui untuk meningkatkan kampung, terlepas dari harus memadainya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, kampung juga harus memiliki masyarakat yang memiliki pola pikir kedepan dan mau ikut serta aktif dalam proses pembangunan kampung. Karena hanya masyarakat inilah yang mampu melihat potensi dari kampungnya sendiri sehingga lebih dapat mengembangkan ide yang terbaik untuk peningkatan kampungnya.

Untuk kamu yang butuh artikel ini, kamu bisa download file Ms. Word yang sudah saya ketik dengan rapi, lansung klik saja DISINI.

Kamis, 14 Oktober 2021

Tahapan Terbentuknya Kampung


Kampung tidak serta merta ada begitu saja, ada tahapan-tahapan yang harus dilewati sehingga sebuah kampung terbentuk. Dari mulai bagaimana sebuah lahan kosong perlahan-lahan ditempati oleh beberapa orang, sehingga kumpulan orang-orang tersebut semakin bertambah dengan adanya faktor seperti kelahiran dan juga pendatang dan lainnya sehingga membentuk sebuah kesatuan masyarakat yang pada akhirnya terbentuklah sebuah kampung.

Foto Pemandangan Danau Lut Tawar Takengon
(Sumber: rri.co.id)

Berikut di bawah ini akan kita lihat bagaimana tahapan terbentuknya sebuah kampung dari awalnya Kampung Primitif menjadi wilayah Post-Modernisme, sebagai berikut:

  1. Tahap Kampung Primitif, yaitu ketika sekelompok orang masih primitif dan masih bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden) dari goa ke goa, mereka mencari makan dengan cara berburu dan meramu. Ditahap primitif ini seorang pemimpin yang dipilih adalah seseorang yang paling kuat di antaranya, karena hanya yang terkuatlah yang dapat mempertahankan diri dan mendapatkan hasil buruan yang banyak.
  2. Tahap Kampung Tradisional, Tahap tradisional, yaitu dimana mereka sudah tidak hidup secara nomaden lagi dan lebih memilih untuk menetap disatu tempat. Di tahap ini mereka sudah menemukan cara bagaimana untuk dapat membuka lahan untuk beternak dan bercocok tanam sehingga untuk kebutuhan pangannya mereka dapat mengolahnya sendiri. Di tahap ini pemimpin dari masyarakat kampung tersebut adalah seorang yang memiliki wilayah paling luas yang akan menjadi pemimpin dari kelompok tersebut.
  3. Tahap Aristokrasi atau Kerajaan, mulai terjadi ketika masyarakat mulai mempercayai aspek spiritual seperti kekuatan yang tak kasat mata dan juga mempercayai adanya Ruh yang menciptakan dan mengawasi mereka. Kemudian mulailah muncul istilah kesaktiaan yaitu orang-orang yang memiliki ilmu sakti (kalau kita biasa sebutnya dukun). Namun di masa ini, apabila semakin sakti seseorang maka semakin dipercaya masyarakat untuk menjadi pemimpin untuk melindungi mereka, dan dalam tahap ini pemimpin lebih dikenal sebagai Raja. Dan juga pada tahapan ini masyarakatnya sudah memiliki struktur pemerintahan seperti Raja dan juga beberapa orang bawahan untuk membantunya mengurus kerajaan
  4. Tahap Modernisasi/Industrialisasi, terjadi ketika jaman kerajaan sudah banyak yang runtuh karena beberapa faktor seperti penggulingan oleh rakyatnya sendiri akibat sifat raja yang sewenang wenenang, perang saudara, hingga adanya penjajahan. Namun struktur kampung sudah menjadi lebih jelas dan tidak mudah untuk terpecah. Dan pada tahap ini sudah dimulai revolusi industri yang menyebabkan adanya perubahan struktur di masyarakat. Di tahap ini sangat dipengaruhi dengan munculnya industri dan mesin-mesin yang dapat memproduksi barang lebih cepat dan efisien. Pada tahapan ini juga kekuasaan pemimpin sudah digantikan dengan seseorang ataupun kelompok yang memiliki modal dan industri untuk memproduksi barang. Orang atau kelompok inilah memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat sedangkan yang tidak memiliki modal akan memiliki kedudukan yang rendah dan menjadi buruh bagi mereka yang berkuasa. Sehingga pada tahap ini semakin jelas terlihat kesenjangan antara masyarakat suatu kampung tersebut.
  5. Tahap Post-Modernisme, adalah dimana masyarakat mulai mengkoreksi kesalahan yang ada pada Tahap Modernisasi/Industrialisasi, yang dimana tidak adanya kejelasan kekuasaan dari seorang pemimpin dan tingginya tingkat  kesenjangan pada saat itu kini menjadi lebih baik dalam berfikir tentang suatu kelompok dan memiliki unsur-unsur tata kelola pemerintahan yang baik. Pada tahap ini pemilihan seorang pemimpin lebih menggunakan sistem demokrasi dengan cara pemilihan suara yang dimaksudkan agar terciptanya kesejahteraan sosial yang merata.

Demikianlah tahapan terbentuknya Kampung Primitif yang kemudian berkembang hingga Tahap Post-Modernisme. Dari kelima tahap tersebut, tidak semua pemukiman atau desa mencapai tahap Post-Modernisme atau bahkan Modernisme meskipun saat ini seperti kita ketahui segala hal telah mengalami kemajuan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti adat istiadat yang ketat, lingkungannya yang jauh dari peradaban, tidak adanya mobilisasi penduduk atau hal lainnya yang dapat membuat sebuah pemukiman menjadi statis.

Untuk kamu yang butuh artikel ini, kamu bisa download file Ms. Word yang sudah saya ketik dengan rapi, lansung klik saja DISINI.