Cari Kebutuhan Dokumen Kampung Di Sini

Senin, 18 Oktober 2021

Corak Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung


Corak kehidupan masyarakat di kampung dapat dikatakan masih homogen dan pola interaksinya horizontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. Interaksi sosial selalu diusahakan supaya kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai terjadi. Prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pekampungan. Kekuatan yang mempersatukan masyarakat pekampungan itu timbul karena adanya kesamaaan-kesamaan seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan kesamaan pengalaman.

Suasana Tempat Wisata Pantai Menye
(Sumber: gallerigayo.com)
Sosial kemasyarakatan kampung ditandai dengan pemilikan ikatan batin yang kuat sesama warga kampung, yaitu perasaan yang amat kuat yang hakikatnya bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana ia hidup dan dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakat atau anggota-anggota masyarakat. Karena beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai, menghormati, mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat.

Adapun bentuk-bentuk kerja sama dalam masyarakat sering diistilahkan dengan gotong-royong dan tolong-menolong. Hal ini memberikan gambaran bahwa masyarakat pekampungan yang agraris dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat yang tentram, damai dan harmonis sehingga dijadikan tempat untuk meiepaskan lelah dari segala kesibukan, keramain dan keruwetan pikiran.

Meskipun di mata orang-orang kota bahwa daerah kampung itu tentram dan damai, tak dapat dipungkiri juga sebenarnya di dalam masyarakat pekampungan terdapat bermacam-macam gejala sosial yang sering timbul seperti berikut ini: sering diistilahkan :

  1. Konflik, yang muncul karena tinggal yang berdekatan dengan  tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk bertengkar sangat banyak. Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga, sedangkan sumber pertengkaran itu berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dan sebagainya.
  2. Kontroversi (pertentangan), biasanya disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat istiadat), psikologis atau dalam hubungannya dengan guna guna (black magic, dukun), para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontroversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
  3. Kompetisi (persaingan), yang bisa positif dan juga bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan, usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif, apabila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja.

Sistem kedudukan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya kedudukan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala kampung dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.

Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Adapun ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu masyarakat adalah sebagai berikut:

  1. Ukuran kekayaan, yaitu barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, maka termasuk dalam lapisan paling atas.
  2. Ukuran kekuasaan, yaitu barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar maka ia menempati lapisan atas.
  3. Ukuran kehormatan, ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau kekuasaan, orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat yang terbatas.
  4. Ukuran ilmu penegetahuan, ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan, akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif karena bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut walaupun dengan usaha yang tidak halal.
Ukuran di atas tidaklah bersifat limitif, karena masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran di atas amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem pelapisan sosial dalam suatu masyarakat.

Demikian bahasan kita tentang Corak Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung, bagaimana dengan corak kehidupan masyarakat di kampung tempat tinggalmu? Tinggalkan komentarmu di bawah jika ada hal lain yang menyangkut Corak Kehidupan Sosial Masyarakat Kampung agar menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Untuk kamu yang butuh artikel ini, kamu bisa download file Ms. Word yang sudah saya ketik dengan rapi, lansung klik saja DISINI.

0 komentar:

Posting Komentar